reporter-channel – Almarhum Djauhar Zaharsyah Fahrudin Roesli (Harry Roesli) dan almarhum KH. Ali Manshur Shiddiq dianugerahkan tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo pad aRabu (14/8/2024). Tanda kehormatan yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah menyumbangkan nilai-nilai luhur sebagai darma baktinya dalam bidang kebudayaan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, Kedua penerima tanda kehormatan tersebut diusulkan kepada Presiden oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia.
“Pemberian tanda kehormatan ini merupakan wujud apresiasi tertinggi pemerintah kepada para budayawan yang memiliki dampak besar bagi ekosistem kebudayaan Indonesia. Sekaligus menjadi bentuk nyata dari pengakuan negara terhadap dedikasi mereka dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya bangsa,” ucap Hilmar.
“Setiap tahun, Kemendikbudristek melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia memberikan penghargaan kepada para budayawan dan pelaku budaya yang berjasa dan berkontribusi dalam memajukan kebudayaan Indonesia,” lanjutnya.
istri dari Harry Roesli, Kania Handiman Roesli mengungkapkan rasa bangga dan terharu. Menurutnya ini adalah salah satu pencapaian terbesar dari segala perjuangan seorang Harry Roesli selama 35 tahun berkarya. Pengakuan negara atas karya-karyanya, tidak pernah dia duga.
“Semenjak 20 tahun lalu dia tiada, saya dan anak-anak berjuang agar karyanya tetap dihargai dan tidak hilang dimakan waktu,” kata Kania.
Begitu juga ahli waris dari KH. Ali Manshur Shiddiq, Ahmad Syakir Ali mengungkapkan rasa bangga sekaligus haru yang menyelimutinya atas penghargaan yang diterima.
“Tentu terharu, tidak pernah terpikirkan bahwa beliau (KH.Ali Manshur Shiddiq) akan mendapatkan tanda kehormatan dari Presiden,” ujar Ahmad.
Perlu diketahui, Harry Roesli dikenal dengan julukan Si Bengal dari Bandung. Merupakan sosok seniman nyentrik yang telah melahirkan banyak karya fenomenal dalam jagat musik Indonesia. Selain kemampuannya meracik lirik yang sarat kritik sosial, ia juga dikenal atas kepeduliannya terhadap keberadaan kaum marginal seperti anak-anak dan pengamen jalanan, yang membuat hatinya tergerak untuk menciptakan wadah komunitas kreatif sebagai ruang berekspresi, berdiskusi dan berkarya di bidang seni musik, agar para seniman jalanan ini mendapat pengakuan dan bahkan hidup layak di tengah masyarakat.
Atas dasar itulah Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) didirikan pada tahun 1981 di kediamannya, yang selalu ramai dengan aktivitas berkesenian oleh berbagai generasi dan lapisan masyarakat. Harry Roesli juga menginisiasi pendirian jurusan pendidikan seni musik di IKIP Bandung (UPI Bandung) pada tahun 1982 dan jurusan seni musik di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan pada tahun 1999.
Sedangkan KH. Ali Manshur Shiddiq adalah sosok ulama kharismatik asal Jawa Timur, dikenal atas jasanya dalam menciptakan Sholawat Badar. Kala itu, Sholawat Badar merupakan alat perjuangan untuk mencegah menguatnya paham komunisme di tengah berkembang luasnya lagu “Genjer-Genjer” yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sholawat Badar juga telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) dari Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022. Selain sering dilantunkan dalam berbagai ritual keagamaan di tengah kehidupan masyarakat muslim, khususnya NU, Sholawat Badar juga memiliki fungsi kultural yaitu sebagai salah satu basis pandangan dunia dalam mempersepsi dan memaknai konsep ketuhanan serta laku kehidupan.