Menkeu Purbaya Ogah Bayarin Utang Jumbo Kereta Cepat Whoosh

Menkeu Purbaya Ogah Bayarin Utang Jumbo Kereta Cepat Whoosh

Jakarta – Utang Kereta Cepat Whoosh membengkak. Skema pembayaran utang lewat kucuran duit APBN tidak menjadi pilihan. Hal ini lantaran Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terang-terangan ogah membayari utang jumbo kereta cepat warisan presiden joko widodo itu.

Kereta cepat Whoosh punya utang jumbo. Pemerintah tengah mencari jalan keluar pembayaran utang.

Namun begitu, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa tegas menyatakan dirinya ogah menggunakan APBN untuk membayar utang kereta cepat.

Purbaya menilai Badan Pengelola Investasi Danantara sebagai holding BUMN seharusnya bisa mengelola itu karena dividen sudah masuk ke kasnya.

Sebab, struktur BUMN kini berada di bawah Danantara langsung. Tidak seperti dulu, struktur BUMN lewat dividen berada di bawah Kementerian Keuangan melalui pos penerimaan negara bukan pajak (PNBP) berupa kekayaan negara yang dipisahkan (KND).

“Kan KCIC di bawah Danantara kan, kalau di bawah Danantara kan mereka sudah punya manajemen sendiri, sudah punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa Rp 80 triliun atau lebih. Harusnya mereka manage dari situ, jangan ke kita lagi, karena kalau enggak, ya, semuanya ke kita lagi, termasuk dividennya,” ujar Purbaya, Jumat (10/10) pekan lalu.

Purbaya menilai tidak adil jika APBN harus ikut menanggung utang Whoosh. Pasalnya hasil penerimaan BUMN berupa dividen sudah dikelola Danantara.

“Jadi ini kan mau dipisahkan swasta sama government, ya jangan kalau enak swasta, kalau nggak enak government,” tegas Purbaya.

Seperti diketahui, pembangunan proyek KCIC dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI melalui anak usahanya PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Kemudian, PT PSBI masuk dalam konsorsium proyek tersebut dengan memegang 60%, sedangkan 40% sisanya dipegang oleh perusahaan asal China, yakni Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Pada Semester I 2025, KCIC menelan kerugian hingga Rp 1,6 triliun. Sementara total penyerapan kerugian KAI di paruh pertama tahun ini mencapai Rp 1,424 triliun, kemudian di semester I tahun 2024 mencatat kerugian Rp 2,377 triliun.

Proyek kereta cepat Whoosh mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk menutup cost overrun atau bengkak proyek Kereta Cepat sebesar Rp 6,98 triliun atau hampir Rp 7 triliun.

Danantara menyatakan dua opsi untuk menyelesaikan utang Whoosh. Pertama, menyerahkan infrastruktur PT KCIC kepada pemerintah. Artinya KCIC akan mengubah model bisnisnya menjadi operator tanpa kepemilikan infrastruktur (asset-light). Dengan demikian, utang infrastruktur itu akan beralih ke pemerintah dan menjadi beban APBN.

Opsi kedua adalah berupa penyertaan modal baru kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dari Danantara, APBN tidak akan ikut terbebani. Ini dimaksudkan agar perusahaan lebih mandiri secara keuangan sehingga beban bunga dan kewajiban pembayaran utang diharapkan bisa lebih proporsional.
Baca dong:Santap MBG, 115 Siswa SMP Negeri 1 Cisarua Keracunan Massal

Share Here: