reporter-channel – Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran berharga, yaitu manusia sulit memprediksi kapan dia akan datang. Atas dasar itu, Indonesia perlu memitigasi risikonya, antara lain dengan perkuat deretan perusahaan kesehatan di tanah air serta BUMN pendukung sektor usaha mikro hingga kecil. Karena Pandemi mengajarkan, bukan hanya sektor kesehatan yang terpukul, melainkan juga perekonomian. Itu pula yang mendorong Menteri BUMN Erick Thohir untuk bekerja keras perkuat BUMN Kesehatan. Salah satunya adalah dengan membentuk Holding BUMN Kesehatan. Holding terdiri atas Biofarma, Indofarma, dan Kimia Farma. BUMN di sektor kesehatan ini memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan kesehatan nasional.
Erick mengatakan, BUMN sektor kesehatan terus memperkuat konsolidasi setelah terbentuk dalam satu holding.
“Saya sudah targetkan untuk 5 tahun ke depan, industri kesehatan BUMN bisa ambil ceruk pasar 15 persen-20 persen,” kata Erick.
Erick meyakini targetnya mampu terealisasi. Pasalnya, BUMN-BUMN tersebut memiliki sumber daya yang lengkap dalam sektor kesehatan, baik dari aspek logistik, klinik, obat hingga vitamin.
Erick Thohir menyampaikan perkuat BUMN sektor farmasi juga menjadi bentuk kesigapan pemerintah dalam mengantisipasi terjadinya pandemi di masa yang akan datang.Pandemi adalah momok yang harus dihadapi dengan persiapan matang dan sigap dalam menghadapi tantangan di sektor kesehatan, bahkan juga ekonomi dan moneter yang menyertainya. Untuk itu, Erick pun segera membentuk BUMN Holding Ultra Mikro pada Triwulan III tahun 2021 dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Holding ini berfokus pada peningkatan pemberdayaan dan menyediakan pembiayaan yang lebih lengkap dan lebih murah bagi pelaku usaha mikro di Indonesia.
“Ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia Maju, maka di dalamnya ada kemajuan segmen ultra mikro, melalui penguatan ketahanan ekonomi dan pertumbuhan berkualitas,mengurangi kesenjangan, dan meningkatkan kualitas SDM terutama pengusaha Ultra Mikro dengan pemberdayaan melalui holding ini,” ujar Erick.
Beberapa program andalam dalam Holding Ultra Mikro ini adalah PNM Mekaar dan ULaMM. Dimana hingga Mei 2023 tercatat telah menjaring 14,5 juta nasabah aktif dengan total aset mencapai Rp 51,6 triliun. Total penyaluran sebesar Rp 24,1 triliun dan baki debet mencapaiRp 45,1 triliun.
Saat ini, PNM yang berupaya untuk lebih banyak menjangkau pelayanan terhadap UMK dengan 4.213 kantor layanan PNM Mekaar dan 642 kantor layanan PNM ULaMM di seluruh Indonesia. Upaya pengembangan UMKM juga didorong melalui pemanfaatan PaDi UMKM yang hingga saat ini sudah menembus angka 40.000 UMKM.
UMKM yang tergabung dalam Pasar Digital UMKM tersebut terus didukung untuk mengembangkan potensi bisnisnya, salah satunya dengan penyaluran bantuan hingga Rp24,4 triliun yang disalurkan dari 92 perusahaan serta anak perusahaan BUMN. Selain mendorong pertumbuhan UMKM melalui pemanfaatan PaDi UMKM serta Pasar Digital UMKM nya, program pembiayaan bersubsidi pemerintah dengan bunga rendah yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga secara konsisten dialirkan untuk memicu perkembangan UMKM. Distribusi KUR HIMBARA dalam kurun waktu 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019, penyaluran KUR HIMBARA sebesar Rp 130,7 triliun, meningkat hingga angka Rp 188,1 triliun pada 2020, kemudian mencapai Rp 260,3 triliun pada tahun 2021 dan menembus angka Rp 355 triliun pada 2022.
Kesehatan dan Pariwisata Uniknya, Erick juga sukses memadukan BUMN di Bidang Kesehatan dengan Pariwisata. Kali jni dalam proyek di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan pertama di Indonesia yang terletak di kawasan Sanur, Bali. Disini, Menteri BUMN memadukan BUMN Farmasi dan BUMN Pariwisata untuk mengembangkan kawasan, dengan mendirikan Bali International Hospital yang bekerjasama dengan Mayo Clinic sebagai rumah sakit terbaik di Amerika Serikat dan terpercaya di industri kesehatan dunia. Dikelola Hotel Indonesia Natour selaku anak usaha InJourney, KEK Sanur, dibangun sebagai wisata medis pertama di Indonesia, yang diproyeksi membuka peluang senilai Rp 97 triliun yang selama ini hilang karena dua juta Warga Negara Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan.
“Kita undang dokter diaspora Indonesia yang berada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia. Yang menarik, dokter diaspora banyak yang akan pulang kampung, saat ini ada10 yang sudah mendaftar. Kalau dokter bisa kembali ke Indonesia, kita sudah siapkan industrinya, ada spesialis kecantikan, rambut, jantung, kanker, dan kulit, ini bagus untukekonomi Bali,” ucapnya.