
ditjen kebudaan gelar pendidikan kepercayaan terhdap tuhan
www.reporter-channel.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan terus mendorong penyelenggaraan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di semua daerah yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi
mengungkapkan terbitnya peraturan tersebut menjadi momentum bagi penghayat kepercayaan untuk
mendapatkan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai yang diyakininya. Salah satu upayanya, kata Sjamsul Hadi adalah dengan dengan menyosialisasikan peraturan tersebut di daerah-daerah yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan.
“Dalam implementasinya, Kemendikbudristek tidak dapat bergerak sendiri, diperlukan komitmen pemerintah daerah untuk memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepercayaan pada satuan pendidikan di wilayah kerjanya, selain itu peran aktif organisasi masyarakat juga sangat diharapkan, untuk mendukung penyelenggaraannya,” kata Sjamsul Hadi di Waingapu, Sumba Timur.
Saat ini terdapat 15 provinsi yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan, mulai dari tingkat SD sampai SMA. Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) dan Kemendikbudristek berkomitmen memberikan pendampingan kepada daerah yang sedang merintis penyelenggaraan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk mewujudkan pendidikan yang setara bagi penghayat kepercayaan.
Salah satu contohnya adalah Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten dengan jumlah penduduk penghayat
kepercayaan terbanyak berhasil menyelenggarakan pendidikan kepercayaan dengan cukup baik. Tercatat enam satuan pendidikan yang secara aktif menyelenggarakan pendidikan untuk penghayat kepercayaan yaitu empat SMA dan dua SD.
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur, tercatat ada 16.790 penduduk
penghayat kepercayaan per tahun 2021. Salah satu kepercayaanya adalah Marapu, kepercayaan warisan
leluhur di Pulau Sumba yang sampai saat ini masih banyak dianut.
Bertepatan dengan momentum bulan Merdeka Belajar dan pendukungan kegiatan Rapat Koordinasi
Pemajuan Kebudayaan, Inovasi, dan Kreativitas yang dicanangkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kemendikburistek menyelenggarakan gelar wicara bertajuk “Cerita dari Tanah Marapu: Praktik Baik Penyelenggaraan Pendidikan Kepercayaan di Kabupaten Sumba Timur” di Kampung Raja Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.
Gelar wicara ini merupakan wadah sosialisasi sekaligus bentuk apresiasi penyelenggaraan pendidikan
kepercayaan di Sumba Timur. Hadir sebagai pembicara, Bupati Sumba Timur Khristofel Praing, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Rindi Umalulu Benyamin Nimrot Jutalo, Manajer Proyek Lii Marapu Anton Jawamara, dan Penyuluh Kepercayaan Arman Ranja Muda.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Rindi Umalulu, Benyamin Nimrot Jutalo, di Sumba Timur mengatakan bahwa memenuhi kebutuhan peserta didik untuk memperoleh pendidikan termasuk pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kewajiban sekolah.
“Saat ini terdapat 75 peserta didik penghayat kepercayaan yang telah
mendapatkan pendidikan kepercayaan.” ucap Benyamin.
Menurutnya belum adanya guru atau tenaga pendidik yang berkualifikasi tidak menjadi permasalahan. Namun dengan adanya penyuluh kepercayaan tersertifikasi yang ditugaskan oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat untuk mengajar pendidikan kepercayaan dirinya menjadi merasa terbantu.
Marungga Foundation dan Sumba Integrated Development merespon kebutuhan layanan pendidikan untuk penghayat kepercayaan Marapu dengan menginisiasi Proyek Lii Marapu. Tujuannya meningkatkan akses layanan pendidikan dan sosial bagi penghayat kepercayaan Marapu di Sumba Timur.
Dukungan organisasi masyarakat juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upaya mewujudkan terselenggaranya pendidikan kepercayaan yang ideal di Sumba Timur.
Kolaborasi apik berbagai pihak dalam mewujudkan terselenggaranya pendidikan kepercayaan merupakan wujud nyata semboyan Ki Hajar Dewantara. Yaitu: “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”. Yang berarti : yang di depan memberikan teladan, yang di tengah memberikan semangat, yang di belakang memberikan dorongan atau dukungan.